Kamis, 11 September 2008

That goes my heart (part three)

“ini akan penjadi sebuah perhitungan…”

Begitu terlontar dari mulutku tanpa sengaja.
“kamu ngomong apa Chingo?!”, Manyun menghela..
“Akh.. maaf maaf aku hanya berceloteh ..teringat sesuatu”, aku mulai mencibir..
“ini ada kaitannya dengan Besar?”, Tanya Manyun lagi
“hum…”, aku menambahkan.
Tidak mungkin bagiku untuk menghindari pernyataan temanku yang satu ini. Karena dia sangat pintar.
Kadang aku melihat tingkah polahnya, apa rahasianya sehingga dia jadi sepintar itu?!
Akhirnya dalam seminggu aku mengamatinya…
Ada satu hal yang aneh dari tingkah polah si Manyun. Dia Normal seperti orang lain pada umumnya, suka makan. Tapi yang aneh..dia tidak begitu menyukai nasi sebagai makanan pokoknya, dia hanya makan nasi (benar benar hanya nasi) bila ingin ngemil.
Kadang aku melihatnya membeli salah satu produk ayam goring krispy di sekitar kampus kami. Tapi yang dia beli hanya nasi timbelnya. Lalu dia memakannya dengan lezat, seolah itulah ayam krispy yang lezat yang pernah dia santap.
Sungguh..Manyun yang aneh…
Tapi mungkin karena keunikannya itulah dia terlihat lebih berkarakter.

Siang itu kami menyantap makanan kami dengan santai..tidak seperti biasanya.
Hari itu kami tidak ada jam kuliah disiang hari.
“hmmm…habis ini baiknya kita kemana ya?”, Tanya Manyun lagi.
“sebaiknya kita pergi ke ‘Warung Internet’ terdekat. Karena kita belum megerjakan tugas protocol Nyun. Aku dapat tema ‘ Sampling strategy on the deep sea’”, kataku sambil berusaha mencari uang karena akan membayar makan siangku hari itu.
“Ah..enak tuh…aku mau yang itu…tidak seperti protocol ku…..masih lama juga sih. Soalnya kita harus melakukan fieldtrip dulu sebelum aku mengerjakan protokolnya. Protocol ku berhubungan dengan cara pengambilan sampling’, seakan menutup pembicaraan siang itu.

Siang itu kami habiskan bersama di warung internet sekitar kampus. Kami menemukan warung internet yang nyaman, jaraknya tidak begitu jauh dari kampus dan begitu juga dari kosan ku. Disana kami bertemu dengan seorang operator yang baik hati dan lucu, namanya Mas Ndarmi (bukan nama sebenarnya*red). Dia senang sekali melayani kami dengan penuh senyum, riang..sambil menyanyikan beberapa lirik lagu jawa. Mas Ndarmi ini senang sekali memutar lagu lagu lucu. Terutama lagu bloopers dari sebuah band Indonesia yang terkenal . sampai sampai lirik lagu “jingle” Indomilk pun jadi santapan mereka untuk meledek. Lagu it uterus dia putar berulang kali, sehingga siapapun pengguna internet disitu menghafalnya dengan baik.

segarnya susu mbok Darmi..penuh vitamin dan gigi”
“badan tumbuh kaya kawat..Mbok Darmi setiap pagi..”
“susu mbok Darmi rasanya..Strawberry..”
“susu Mbok Darmi aseli dari Boyolali..”

Begitulah kira-kira. Kami pun hanyak mengikik ketika mas Ndarmi menyetel lagunya keras keras.
Dua jam setelahnya muncul pesan di ponsel Manyun. Dia tersenyum kearah ku sambil berkata “look’s like your gonna be happy tonight!?”.
Alis mataku mengerut, aku tak mengerti?
“Apa maksudnya Nyun?”, tanyaku penasaran
“malam ini kita akan ke kosan si Besar. Dia ada perlu denganku. Ini berhubungan dengan protokolnya. Mungkin kamu bisa ikut? Kita makan malam disana saja, bagaimana?”, jelasnya cepat.
Wuuuuaaaa…aku tak menyangka..respon temanku ini cepat sekali. Memang cerdas!
Tak salah lagi, Tuhan pasti mengirimkan Manyun untuk menjadi Cupid ku..(haha).
“Ok!”, kataku sambil tersenyum..”malam ini kita bawa apa ke kosannya?!”
“Terserah , yang jelas..semua akan terasa manis bila kamu melihatnya malam ini.”
Manyun dengan cepat menambahkan…
Huaaaaaaaa….. hebat hebat. Malam ini pasti akan hebat.
Maka mulailah kami bersiap siap pulang ke kosan sore itu.

“lama sekali mandinya?!”, protes Manyun.
“iya dong..digosok lah setiap bagian tubuhku..biar wangi…hahaha..kan mau ketemu..”, senyum ku merekah cukup lebar, sehingga alis mata Manyun mengkerut, pipinya menggembung seakan dia menunjukkan akan muntah.
Aku hanya tertawa melihat tingkahnya. Hum..hum…aku akan ke kosannya malam ini…pasti seru. Begitu lah aku…langsung melamunkan hal hal konyol yang tidak tidak.

Setelah merasa cukup bersolek (hanya aku saja sebenarnya..Manyun hanya mendesah memperhatikan jam tangannya sambil menyindir…”sudah..sudah..cakep kok..ayo!! aku lapar!!”), kami berangkat.
Malam itu kami membeli makanan khas mahasiswa yaitu pecel ayam. Haha, sederhana memang, tapi pecel ayam yang kami beli sudah terkenal mantab rasa sambalnya. Karena kelezatannya itulah rumah makan itu mendapat julukan “Cak” didepannya.

Setengah jam kemudian kami sampai. Berusaha membetulkan poniku yang “agak” rusak karena terpaan angin , aku melangkah ke dalam kosan Besar.
“Assalamualaikum”, Manyun menyapa. “Ada orang?”, katanya lagi.
Siluet besar itu melangkah keluar kamarnya, tersenyum menyapa kami seperti biasa “hi Girls..”, katanya lembut.
Aku menganggapnya sebagai panggilan mesra. Haha, karena aku lebih suka dipanggil seperti itu, bukan bu, nek, tante, mbak’, ses, non, bibi, dan masih banyak lagi.
“nie makan mu..”, sambut Manyun. “Thanks!”, katanya.
Malam itu dia mengenakan kaus putihnya yang bergambarkan dua ekor siput dengan logo yang bertuliskan bahasa Jerman.
Dia tersenyum, seperti biasa…kharismanya nampak.

“Chingo, sudah selesai protokolnya?”, nampak hangat dia menanyakan hal tersebut.
“hum..masih kurang sedikit lagi..nanti, mungkin dalam minggu ini aku akan mencoba menyelesaikannya”, sahutku hangat juga.
“Eh, Besar..mana protocol mu? Kita bahas bareng disini sebelum makan”, sahut Manyun.
“Ah, iya..ada didalam materinya..aku ambil sebentar, kalian tunggu diruang tivi saja”, tambahnya.
Bayangan tubuhnya menghilang dari ruang tempat kami singgah, dan semenit kemudian keluar membawa materi kuliah yang dia gunakan sebagai referensi protokolnya.
“ini”, katanya “Ayo kita bahas sedikit”

Mulailah mereka membahas materi yang memang diperuntukan sebagai protocol awal. Aku mulai gelisah, karena aku pun tak berhak ada dalam perbincangan ini. Aku kurang mengerti topiknya. Tapi semua sudah diserahkan pada Manyun, karena dengan mudah ia menangkap materi dan menjelaskan penjelasan dosen dengan mudah. Aku mulai melihat sekeliling ruangan kosan itu, tergelitik sedikit untuk melihatnya. Mataku tak lepas tertuju pada kamarnya. Tepat sekitar 2 meter dari jarak pandangku, pintu kamarnya terbuka setengah. Bagaimana ya bentuk kamarnya…hum, makin lah perasaan ini memuncak. Tapi aku berusaha untuk bersikap sopan dan tenang untuk tidak masuk kedalamnya.

“wah..aku ngga tau nie artinya..ini bukan kata kata yang umum..coba lihat kamus”, Manyun mulai meminta buku terjemahan itu untuk mempermudah pemikirannya.
“iya nie, tapi aku juga sedikit lagi selesai menerjemahkan bagian yang kedua..”, Besar menahan dirinya untuk bangkit.
Bravo! Otakku langsung terasah, “Kamus ya? Biar aku yang ambil..diletakan dimana?”, sambil pura pura bersikap ingin membantu aku menawarkan diri. Niatnya sie dah berbeda..ingin lebih mengetahui kamarnya. Itu saja!

“wah, terima kasih..aku sangat terbantu”, sambutnya..
“tolong Chingo, ada diatas meja belajarku. Kamu bisa ambil disitu”, tambahnya.
Tanpa ragu aku berjalan..dengan langkah ringan aku melangkah..
Berusaha menikmati setiap langkah menuju kamarnya..
4 langkah…3 langkah..2 langkah…2langkah…, tepat didepan kamar tidurnya aku membuka pintu..jauh dari pandangan ruang tivi tadi aku terhentak!
Tanpa sadar kuperhatikan sosok seseorang yang sedang tertidur lelap diatas tempat tidur Besar.
Berusaha membetulkan kaca mataku yang miring karena terhentak tadi aku melihat seseorang disana. Kudekati..dan kulihat..kukenali…

Sial..pemandangan yang satu ini agak terlihat janggal padaku..
Tahukan kawan..aku mengambil pelajaran penting saat itu,
Betapa menyeramkannya seseorang dalam pandanganmu, dia pasti akan terlihat manis bila sedang tertidur. Aku mendekati tubuh yang terkapar lelah itu. Nafasnya naik turun teratur, mengikuti irama. Rasa penasaranku memuncak, tak tahu mengapa tapi aku ingin melihat mukanya lebih jelas.

Bulu matanya yang cukup panjang “menabrak” kacamatanya yang oval. Alis matanya yang tebal dan biasa berkerut itu nampak datar..bila kau perhatikan lebih jauh akan terlihat seperti menyambung. Bibirnya yang biasa ia gunakan untuk mencibir terlihat memiliki simpul kecil untuk tersenyum. Aku memandangnya selama beberapa detik. Tak menyadari dari awal bila seseorang itu adalah Rival yang aku anggap paling bengis dalam sejarah hidupku. Dengan kelakuannya yang Aneh..kalau saja dia bukan sahabat si Besar. Pasti sudah aku coret dalam list daftar “pertemuanku”.

Hihi ..lucu juga kalau tidur..seandainya dia memiliki wajah seperti ini dan berusaha tersenyum..pasti dia akan lebih memiliki banyak penggemar..
Hahaha..Chingo..apa yang sedang kamu pikirkan sih….percuma saja, apapun yang dia lakukan..tidak akan pernah masuk dalam akal sehatmu.
Sambil berusaha merenungkan perbuatannya badanku bergerak sendiri condong kearah tubuhnya yang sedang tertidur. Tak tahu mengapa, tapi itulah yang terjadi.

Seketika aku dikagetkan dengan perubahan suasana.
Dia membuka matanya, terlihat jelas matanya merah..
Terlihat lelah.
Alisnya kembali mengkerut, timbul cibiran dibibirnya..dia menatapku.
Akh…tertangkap basah aku sedang menyaksikannya tertidur..
Tidak..tidak..
Secara spontan tubuhku kutarik tegap kembali dan berusaha mundur dari tepatnya merebahkan diri.
Shock..aku pun terdiam.

“Lihat apa!!!!!”, katanya dengan nada suara berat..
“aku..aku hanya..”, sanggahan ku lemah saat itu. Pikiranku kalut, sejenak aku berusaha berfikir untuk mencari alasan yang baik.
Dia kemudian menarik badannya bangun dan mulai maju kearahku.
Akh..tidak..tidak..!!
Secara kalut aku mundur..masih tercekat dengan suaraku yang melemah. Berusaha mengepalkan kedua tanganku kalau-kalau dia akan mengajakku bertempur.
Dia makin mendekat, menatapku tajam..
Auraku berubah..lebih takut tepatnya..
Huaaaaaaa…
Seandainya dia berani mendekat lebih dari itu akan kutinju mukanya.
Berusaha menutupi rasa gemetarku aku menaikan kedua tanganku..memasang kuda kuda sehingga kalau dia menginginkan untuk bergelut, akan kuladeni!

Makin dekat ia melangkah, nafasku makin tercekat.
Gilaaa, baru kali ini aku sepanik ini, saking takutnya aku berusaha berpijak kuat.
Dalam hitungan detik gemuruh di otakku makin kencang..menandakan aku sudah memukulkan gendering perang. Ini lah saatnya membuat perhitungan. Tak peduli dia lelaki, aku tak gentar.

Hanya Tuhan
Aku..
Dan Kamu
Yang tahu..

Itu perhitungan yang terakhir kali aku buat.

Dia memiringkan tubuhnya kekanan, aku berusaha menyeimbangkannya..matanya lurus kedepan..
Aku mundur perlahan.
Aneh..dia tetap maju..
Sudah gilakah ia..
Aku terus berusaha membalas tatapannya.

Seketika dia menarik diri dan melewatiku, menuju pintu dan meninggalkanku begitu saja. Menuju kamar mandi dia berjalan. Tanpa peduli seakan dia tidak pernah merasa ada persaingan keras yang baru saja terjadi.

Hah?! Serius?!!
Hanya begitu saja?
Pikiranku limbung…apa dia sudah gila..apa dia menyerah? Sehingga meninggalkan aku begitu saja?!
masih penuh pertanyaan dalam benakku..tiba tiba suara manyun memanggil
“Chingooo?? Mana kamusnya? Lama …..”
“i..iyaaaa…”, jawabku panjang.

Kuserahkan cepat kamus yang baru saja kurebut dari atas meja kamar Besar. Sambil pura pura tersenyum, sedikit kesal karena seharusnya Besar memberitahu lebih dahulu bahwa sahabatnya yang aneh itu ada dikamarnya.
“Ah, lama Chingo..aku dah selesai nie..”, protes Manyun.
Memang kurasa tak perlu juga dia menggunakan kamus..nanti juga mengerti.

“maaf Chingo, apa kamu lihat seseorang tidur dikamar ku?”, Tanya Besar.
“iya”, jawabku dengan pura pura menutupi keadaan kalau aku kesal dengannya.
“maaf aku lupa bilang, Tajo ada dikamar. Dia terlalu lelah sehingga tidak pulang kerumah hari ini. Kamia akan membahas data setelah kita selesai makan malam”, tambahnya penuh senyum.

Haaaaahhh, beruntung sekali si Tajo, seandainya bukan si Besar yang berlaku seperti ini. Pasti aku sudah naik pitam hari ini. Senyumnya malam itu menggantikan permintaan maaf Tajo atas perlakuannya yang aneh tadi.

Ah, sudahlah…
Tak pernah sedikitpun terbersit di otakku kalau Tajo bisa membuatku terkesima..
Aku hanya berusaha menikmati sisa malamku menatap Besar..

Akh …kesal rasanya memiliki memori yang buruk tadi..

Awas kau Tajo..tunggu pembalasanku.

pikiranku mulai panas....

sungguh dia telah merusak malamku yang indah...


(Continue)

1 komentar:

yandra is arround mengatakan...

padahal kepak aja pas lagi tidur gtu link....selagi lengah dia...

kepak!!!

How i feel His Love

Foto saya
London, London, United kingdom, United Kingdom
this blog is specially presented to all the lovers in the world who have a Long Distance Relationship. (the following content were belong to writer's imagination )

I Hope So...Someday